Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH
SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Tak lupa juga diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada bapak Kamil S.Ag, M.S.I selaku dosen mata kuliah Akhlak dan Tasawuf yang
telah mendidik dan membimbing dalam proses pembuatan makalah ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TASAWUF
AKHLAKI, IRFANI DAN FALSAFI
1. Tasawuf Akhlaki
Kata “Tasawuf ” dalam bahasa arab berarti
membersihkan atau saling membersihan. Kemudian “akhlak” juga berasal dari
bahasa arab yang artinya perbuatan atau penciptaan. Konsep ajaran akhlak
menurut Islam adalah menuju perbuatan amal shaleh. Jika kata Tasawuf dan akhlak
disatukan, maka akan menjadi sebuah frase, yaitu tasawuf akhlaki yang bermakna
membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku.
Tasawuf Akhlaki adalah tasawuf yang
berorientasi pada perbaikan akhlak, mencari hakikat kebenaran yang mewujudkan
manusia yang dapat ma’rifah kepada Allah, dengan metode-metode tertentu yang
telah dirumuskan.[1]
Tasawuf Akhlaki, biasa disebut juga dengan istilah tasawuf sunni, yaitu bentuk
tasawuf yang memagari dirinya dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Tasawuf Akhlaki
ini dikembangkan oleh ‘ulama salaf as-Salih. Ajaran yang terdapat dalam tasawuf
ini antara lain :
a. Takhalli
Takhalli merupakan langkah pertama yang harus
di lakukan oleh seorang sufi. Takhalli adalah usaha mengosongkan diri dari
perilaku dan akhlak tercela. Salah satu dari akhlak tercela yang paling banyak
menyebabkan akhlak jelek antara lain adalah kecintaan yang berlebihan kepada
urusan duniawi.
b. Tahalli
Tahalli adalah upaya mengisi dan menghiasi
diri dengan jalan membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji.
Tahapan tahalli dilakukan kaum sufi setelah mengosongkan jiwa dari
akhlak-akhlak tercela. Dengan menjalankan ketentuan agama baik yang bersifat
eksternal (luar) maupun internal (dalam). Yang disebut aspek luar adalah
kewajiban-kewajiban yang bersifat formal seperti sholat, puasa, haji dan lain-lain.
Dan adapun yang bersifat dalam adalah seperti keimanan, ketaatan dan kecintaan
kepada Tuhan. Sikap mental dan perbuatan yang baik sangat penting diisikan
kedalam jiwa manusia akan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan
manusia paripurna, antara lain sebagai berikut:
1)
Taubat,
yaitu rasa penyesalan sungguh–sungguh dalam hati yang disertai permohonan ampun
serta berusaha meninggalkan perbuatan yang menimbulkan dosa.
2)
Cemas
dan harap (Khauf dan Raja’), yaitu perasaan yang timbul karena banyak berbuat
salah dan seringkali lalai kepada Allah.
3)
Zuhud,
yaitu meninggalkan kehidupan duniawi dan melepaskan diri dari pengaruh materi.
4)
Al-Faqr,
yaitu sikap yang tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai dan
merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki sehingga tidak meminta sesuatu yang
lain.
5)
Al-Sabru,
yaitu suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam pendirian.
6)
Ridha,
yaitu menerima dengan lapang dada dan hati terbuka terhadap apa saja yang
datang dari Allah.
7)
Muraqabah,
yaitu seseorang menyadari bahwa dirinya tidak pernah lepas dari pengawasan
Allah sehingga selalu membawanya pada sikap mawas diri atau self correction.
c. Tajalli
Untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui
pada fase tahalli, maka rangkaian pendidikan akhlak selanjutnya adalah
fase tajalli. Kata tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib. Agar
hasil yang telah diperoleh jiwa dan organ-organ tubuh yang telah terisi dengan
butir-butir mutiara akhlak dan sudah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan
yang luhur tidak berkurang, maka rasa ketuhanan perlu dihayati lebih lanjut.
Kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran optimum dan rasa kecintaan yang
mendalam dengan sendirinya akan menumbuhkan rasa rindu kepada-Nya.
Dalam diri manusia ada potensi untuk menjadi baik dan potensi untuk menjadi buruk. Potensi untuk menjadi baik adalah al-‘Aql dan al-Qalb. Sementara potensi untuk menjadi buruk adalah an-Nafs (nafsu) yang dibantu oleh syaithan.
Sebagaimana
digambarkan dalam al-Qur’an, surat as-Syams : 7-8 sebagai berikut yang artinya:
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),maka Allah mengilhamkan kepada
jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”.
Tokoh sufi yang
mengembangkan taswuf akhlaki antara lain:
a.
Hasan al-Basri (21 H – 110 H) ajaran tasawufnya adalah rasa
takut dan pengharapan tidak akan dirundung kemuraman karena mengingat Allah
SWT.
b.
Al-Muhasibi (165 H – 243 H) ajaran tasawufnya adalah
ketakwaan kepada Allah SWT,melaksanakan kewajiban-kewajiban dan meneladani
Rasulullah SAW.
c.
Al-Qusyairi (376 H – 465 H)ajaran tasawufnya adalah landasan
tauhid yang benar berdasarkan doktrin Ahlus Sunnah.
d.
Al-Ghazali (450 H – 505 H) ajaran tasawufnya berdasarkan
Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi Muhammad SAW,serta doktrin Ahlus Sunnah wa
Al-Jama’ah (tasawuf suni).
2. Tasawuf Irfani
Tasawuf ‘irfani adalah tasawuf yang
berusaha menyikap hakikat kebenaran atau ma’rifah diperoleh dengan tidak
melalui logika atau pembelajaran atau pemikiran tetapi melalui pemberian Tuhan.
Ilmu itu diperoleh karena si sufi berupaya melakukan tasfiyat al-Qalb. Dengan
hati yang suci seseorang dapat berdialog secara batini dengan Tuhan sehingga
pengetahuan atau ma’rifah dimasukkan Allah ke dalam hatinya, hakikat kebenaran
tersingkap lewat ilham (intuisi).
Tokoh sufi yang mengembangkan tasawuf ‘irfani antara lain:
a. Rabi’ah al-Adawiyah
(96–185 H) ajaran tasawufnya adalah cinta kepada Allah SWT.
b. Dzu An-Nun Al-Misri
(180–246 H) ajaran tasawufnya adalah makrifat kepada Allah dengan jalan
makrifat batin.
c. Abu Yazid
al-Bustami (200–261 H) ajaran tasawufnya adalah fana’ dan baqa’.
d. Abu Manshur
Al-Hallaj (224 H-309 H) ajaran tasawufnya adalah al-hulul dan wahdat
asy-syuhud.
3. Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang
didasarkan kepada keterpaduan teori-teori tasawuf dan falsafah.[2] Tasawuf falsafi
ini tentu saja dikembangkan oleh para sufi yang filosof. Kajian tasawuf ini
dilakukan secara mendalam dengan tinjauan filosofis dengan segala aspek yang
terkait di dalamnya. Dalam tasawuf ini dipadukan visi mistis tasawuf dengan
visi rasional tasawuf.
Menurut At-taftazani, tasawuf falsafi mulai
muncul dalam khazanah islam sejak abad keenam Hijriah, meskipun para tokohnya
baru dikenal seabad kemudian. Sejak saat itu, tasawuf ini terus hidup dan
berkembang,terutama dikalangan para sufi yang juga filosof.Adanya pemaduan
antara tasawuf dan filsafat dalam ajaran tasawuf ini, dengan sendirinya telah
membuat ajaran-ajaran tasawuf ini bercampur dengan sejumlah ajaran filsafat
diluar islam,seperti dari Yunani, Persia, India dan agama Nasrani. Akan tetapi,
orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap tidak hilang, meskipun mempunyai latar
belakang kebudayaan dan pengetahuan yang berbeda dan beragam, seiring dengan
ekspansi Islam yang telah meluas pada waktu itu. Para tokohnya tetap berusaha
menjaga kemandirian ajaran aliran mereka, apabila dikaitkan dengan kedudukannya
sebagai umat Islam.
Tokoh-tokoh penting yang termasuk kelompok
sufi falsafi antara lain:
a.
Ibnu’ Arabi (560–638 H) ajaran tasawufnya adalah wahdat
al-wujud (kesatuan wujud).
b. Al-Jili (767–805 H)
ajaran tasawufnya adalah paham insan kamil (manusia sempurna).
c. Ibnu Sab’in (614-669
H) ajaran tasawufnya adalah paham kesatuan mutlak (wujud adalah satu alias
wujud Allah semata).
B. PERBEDAAN TASAWUF
AKHLAQI, IRFANI DAN FALSAFI
1. Tasawuf Akhlaki
Tasawuf Akhlaki adalah ajaran akhlak dalam
kehidupan sehari-hari guna memperoleh kebahagiaan yang optimal. Dengan kata
lain tasawuf akhlaki adalah tasawuf yang berkonsentrasi pada teori-teori
prilaku, akhlak atau budi pekerti atau perbaikan akhlak.
2. Tasawuf Irfani
Tasawuf Irfani adalah tasawuf yang berusaha
menyingkap hakikat kebenaran atau ma’rifah diperoleh dengan tidak melalui logika
atau pembelajaran atau pemikiran tetapi melalui pemberian Tuhan (mauhibah). Ilmu
itu diperoleh karena si sufi berupaya melakukan tasfiyat al-Qalb. Dengan hati
yang suci seseorang dapat berdialog secara batini dengan Tuhan sehingga
pengetahuan atau ma’rifah dimasukkan Allah kedalam hatinya, hakikat kebenaran
tersingkap lewat ilham (intuisi).
3. Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi dalah sebuah konsep ajaran
tasawuf yang mengenal Tuhan (ma’rifat) dengan pendekatan rasio (filsafat)
hingga menuju ketingkat yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal Tuhan saja
(ma’rifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu, yaitu wahdatul wujud
(kesatuan wujud).
C. PERSAMAAN TASAWUF
AKHLAQI, IRFANI DAN FALSAFI
1. Merupakan cabang
dari ilmu tasawuf.
2. Tasawuf diciptakan
sebagai media untuk mencapai maqashid al-Syar’I (tujuan-tujuan syara’), karena
bertasawuf pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah.
3. Sama-sama bertujuan
beribadah (pendekatan diri) kepada Allah secara murni.
4.
Ketiga bagian tersebut secara esensial semua bermuara pada penghayatan
terhadap ibadah murni (mahdhah) untuk mewujudkan akhlak-alkarimah baik secara
maupun sosial.
EmoticonEmoticon